Perkenalkan
nama saya adalah Farhan dan saya ingin membagi sedikit cerita saya kepada
kalian. Kejadian ini terjadi pada tahun 20004 saya masih inget sekali bahwa
waktu itu Robi Sahabat saya mengajak saya
untuk memancing kelaut pantai Ulee Lheue yang merupakan
sebuah pantai yang memang digemari untuk memancing disana.
“Ayo Han kita
memancing?”
“Tapi anak ku
baru aja lahiran Rob.”
“Justru itu
lah kita memancing untuk merayakan.”
Istri ku
waktu itu juga sepertinya juga memerlukan liburan sejenak atas aktivitasnya
maka waktu itu saya mengiyakan ajakan Roby. Hari itu adalah hari sabtu kita
berangkat bersama teman-teman kami ketika masih kuliah dari Bireun menuju Banda
Aceh terlebih dahulu menggunakan mobil starlet yang saya punya, satu mobil Robi
dan satu lagi mobil temen Kuliah saya juga.
Kita
berangkat malam. Waktu itu semua berjalan lancar seperti biasa akan tetapi hari
itu seperti ada yang berbeda ketika singgah ke masjid raya Aceh. Ada sesuatu yang berbeda pada waktu itu tapi
entah apa seolah-olah masjid raya itu berasa lebih bersinar daripada hari-hari
yang biasa. Dan itu ternyata bukan hanya
dari luar saja akan tetapi juga dari dalam entah kenapa ketika saat itu masjid
raya itu bersuasana sepi sekali bukan karena tidak ada orang kan tetapi entah
kenapa walau banyak orang rasanya waktu itu berasa hening.
Waktu itu saya
mengangap ini biasanya dan akhirnya kita ngobrol-ngobrol karena sudah lama
tidak ngobrol-ngobrol dengan teman-teman lama Yang berjumpa sekarang. Kita ngobrol sampai jam setengah 4 pagi.
Setelah itu kita tertidur. Robi sudah tidur duluan karena rasanya dia memang
ingin sekali memancing.
Dan acara
waktu itu sudah pasti keblablasan karena rencana kita jam 6 sudah berangkat.
Sebenarnya waktu itu Robi sudah menyuruh saya bangun akan tetapi waktu itu
karena masih ngantuk akhirnya waktu itu saya ngebiarin Robi menuju duluan ke
pantai.
“Han bangun
han. Mancing kita.” kata Robi kepada saya
“Nanti kita
menyusul.kamu duluan saja” seelah keluar kata-kata ini sempat timbul rasa bersalah
setelah menyebutkanya
Akhirnya Robi
berangkat duluan ke pantai. kita bangun
jam setengah 8 itu karena gempa. Yang kita rasakan. Tapi di Aceh waktu itu
mengalami gempa adalah hal yang biasa. Akhirnya
setelah itu saya solat subuh dulu (walaupun ini kesiangan sekali). Baru setelah
itu kita makan. Ketika makan itu saya mulai mendengar suara air tapi dengan
suara kecil suara itu makin lama juga semakin besar. Setelah itu terlihat bahwa
orang lain juga sudah merasa panik dan mulai berlarian dan berteriak.
“Air...Air..”
Akhirnya kita
memutuskan untuk segera pergi dari Banda Aceh untuk ke daratan yang lebih tinggi.
dan kita memasukan orang yang sekiranya mau naik akhirnya kita semua segera
masuk ke starlet waktu itu mobil starlet ada 11 orang yang masuk. Entah
bagaimana posisinya itu termasuk anak saya yang berusia baru 12 hari. Dan waktu
itu ketika melihat di sungai saya melihat sudah ada mayat. Dan setelah melihat
hal itu saya segera berjalan mengebut lagi. Saya ingat sekali bahwa. Setiap
got-got itu mengeluarkan buih-buih hitam yang menyeramkan. Akhirnya waktu itu saya ngebut secepatnya dan kita selamat.
Itu adalah peristiwa tsunami yang saya alami.
Walaupun tidak mengenai dampaknya langsung. Setelah kejadian ini banyak yang
berpikir bahwa sabang hilang karena terkena tsunami akan tetapi ternyata malah
tidak. Sabang adalah salah satu daerah yang tidak ada korban karena tidak
terkena tsunami.
Ilustrasi biar kalian
tahu mobil Starlet bagaimana
Setelah saya
selamat waktu itu saya berpikir bagaimana dengan Robi. Setelah sehari kita
menjauh besoknya saya ke banda Aceh lagi sendiri. dan saya melihat bahwa banda Aceh
sudah ancur luluh lantah. Saya waktu itu berpikir bahwa andai saja bahwa Robi tidak mengajak saya
untuk pergi ke pantai sekarang maka mungkin saja saya juga tidak akan
selamat dan saya waktu itu berpikir
bahwa sahabat saya telah meninggal.
Tapi saya
bersyukur bahwa ternyata teman saya selamat setelah 1 minggu dia ditemukan.
Ternyata waktu itu ketika tsunami dia segera lari ke arah bukit di pantai
tersebut itu yang ngebuat dia bisa selamat. Sekarang setelah kejadian itu saya
bekerja sebagai relawan untuk kejadian kebencanaan. Dan sekarang telah
menjadi kepala Pelaksana BPBD kabupaten
Bireum
Ini merupakan
pembelajaran yang saya dapatkan. Dari BPBD Kabupaten Bireum ketika saya
melakukan tugas waktu kemaren ke daerah pidie dan lain-lain. Saya Cuma merasa ini merupakan pengalaman
yang menarik buat ditulis aja.
Adhitya nugraha
iskandar