Rabu, 02 Agustus 2017

Mardiyansyah


Namanya adalah Mardiansyah seorang laki-laki tidak tampan tapi mengaku tampan, Tidak kaya tapi sombong, Sering dipanggil Dian atau mbak Dian.   Laki-laki yang kalo ngelawak kadang kita harus mikir dulu. tentang jokesnya seperti jokesnya  yang berkata

“kenya itu kalo kita abis makan tuh kenya”

atau

“angin-angin apa yang bisa ngangkat mobil”

“Angin puyuh”

“salah yang bener angin puting beliung BRITAMA”

Sungguh jokes yang ngebuat kita mikir. Akan tetapi sebagai seorang lelaki yang berprilaku ceria kali ini dia terlihat sangat murung sekali. Yah lelaki itu adalah gue sendiri. Entah kenapa gue menuliskan cerita yang harusnya dari pola pandang orang pertama akan tetapi gue melihat pola pandang orang ketiga di awal-awal cerita ini.

Mungkin gue hanya ingin kalian tahu bahwa bagaimana diri gue dan bagaimana terpuruknya gue saat ini. Mungkin gue hanya ingin kalian merasakan dan memahami secara dekat dan seolah berada di sebelah gue yang sedang kesepian ini. Melihat dan membayangkan secara langsung bagaimana patah hati bisa membuat seorang lelaki yang bisa tertawa terbahak-bahak hanya dengan mengunakan jokes receh kini duduk di depan laptop terdiam dan mengetik semua kesedihannya.

Bagaimana semua bermula?


Kisah gue sama dia awalnya hanya dari pertemuan biasa. Mungkin hanya pertemuan dan percandaan biasa. Dia biasa gue panggil pendek karena dia memang pendek dan biasanya dia memangil gue sih bodoh.  wanita itu namanya adalah Dila. Seorang wanita yang dari dulu sudah gue suka.

Akan tetapi entah kenapa gue tidak berani mengatakannya. Mungkin karena waktu itu gue adalah hanya anak SMP yang suka bertingkah konyol. Bertingkah konyol hanya untuk mendapatkan tawanya. Gue tidak begitu peduli tentang pendapat orang bagi gue selama dia ketawa rasanya tidak masalah.

“Sudah kelas 3 SMP nih. Kamu harus lebih sering belajar”

“Belajar hanya untuk orang bodoh, kalo jenius ga perlu belajar”

dia tertawa dan gemas sekali. gue tahu memang harusnya gue belajar lebih rajin, akan tetapi gue rasa gue yang waktu itu SMP sudah tahu mau kearah mana gue melangkah. Gue jadi tahu berapa yang nilai yang dibutuhkan untuk mencapai SMK itu. Gue merasa orang yang belajar keras tanpa tujuan seperti marmut yang berlari di tempat dia bermain. rasanya sang marmut telah merasa jalan jauh akan tetapi dia belum sampai kemana-mana. yah setelah SMP memang gue ingin masuk SMK. Tujuan gue sederhana sesegera mungkin tidak merepotkan orang tua.

begitu klise tapi itu yang emang pengen gue lakuin.

Makannya gue ga terlalu pengen bercerita itu kepada Dila. Apa yang ngebuat gue tertarik dengan Dila mungkin sederhana seperti rumusan FTV N0.13 yang disiarkan pada siang hari yaitu adalah “bahwa lelaki bodoh suka dengan gadis yang pintar” tapi tanpa adegan tabrak –menabrak tentunya.

Dila tentu saja pintar. Menyabet nilai NEM masuk tertinggi dari SD. Kenapa dia mau memilih masuk SMP yang biasa-biasa ini tentu karena dia males untuk sekolah jauh-jauh. Akan tetapi walau dia malas untuk sekolah jauh-jauh bukan berarti dia anak pemalas. Dia rajin membaca untuk anak seusianya sedangkan gue waktu itu suka sekali sepak bola. Yah seperti Gaston yang menyukai Belle (gaston ini dari film beauty and the beast bukan gaston Jupe tentunya)

Gue Pernah bertanya “kenapa lu ga sekolah di tempat yang lebih bagus”

“belajar itu bukan tentang tempatnya akan tetapi kemauan kita untuk jadi lebih baik” rasanya kata-kata itu lebih dewasa pada umurnya yang masih bocah. Gue suka sekali dengan Dila dan gue berjanji akan mengungkapkannya pada Dila pada acara perpisahan.

Setiap hari mendekati momen itu gue selalu mengebu-gebu. Sebenarnya ajang perpisahan adalah cara licik seorang cowok untuk mengungkapkan. Karena setidaknya kalo misalnya ditolak kita akan segera berbeda sekolah.

Akhirnya waktu itu pun tiba.

Perpisahan yang dinantikan. Semua melakukan upacara dan ada spanduk yang mengatakan bahwa SMP Negeri 178 menyatakan siswa kami lulus 100%. Rasanya memang sedih momen kehilangan teman-teman seperjuangan yang sering bercanda bareng. Waktu SD gue tidak merasakan kesedihan macam ini karena dulu gue berpikir bahwa kalo pengen ketemu tinggal ketemu saja akan tetapi sekarang tidak bisa lagi momennya tidak bisa diulang. Dalam hidup kan memang begitu momen itu datang dan kalo sudah terlewat dia tidak akan kembali lagi.

Tapi mungkin yang paling sedih adalah momen bersama Dila. Akhirnya setelah upacara selesai gue mencari Dila dimana.

“Bro ngeliat Dila ga?”

Tadi kayaknya ada di  depan ruang musik deh.

“sama.....”

Gue tidak mengacuhkan kata-kata selanjutnya dan gue segera pergi mengejar mereka..

Di depan ruang music memang agak sepi karena dia agak di dalam dan belok kiri dulu. sampai di depan. Gue mendengar suara

“Dila kumohon terima Aku”

Gue tahu suara ini adalah benni temen sekelas gue juga.

“tapi aku emang ga suka”

“kasih aku kesempatan Dila. kumohon”

Dan Dila pun segera membuka mulutnya
...................[1]


                                                                 --------------------

Setelah gue masuk SMK. Gue jadi jarang sekali ketemu Dila tentu saja karena gue juga males karena Dila telah jadian dengan Beni. Pas gue naik kelas 2 SMK gue tahu bahwa dia ikut pindah ke kampung halamannya di Solo ketika pindah berakhir juga hubungannya dengan Benni. Benni bercerita dan gue tertawa dalam hati. Memang jahat tapi setidaknya hanya itu bales dendam yang bisa gue lakukan. Setelah Dila pindah gue melanjutkan kehidupan gue seperti apa adanya. Hidup terus berlanjut dan bayang Dila lambat laun juga terlupakan. Ada beberapa wanita yang mampir dan juga pergi.
                                                                       --------------------

                Di kantor gue. Sudah sampai dan cukup terlambat. Karena tiba-tiba motor mengalami tambal ban. Dan setelah datang Bos gue langsung menyuruh untuk ketemu dengan desainer  katanya ada desainer dari perusahaan lain yang pengen liat kualitas barang kita. tentu gue yang disuruh bos untuk menghadapinya kalo ditanya kenapa jawaban sangat simple. Tentu saja bos malas untuk menghadapinya. Dan kalo dengan teman-teman gue yang kecerdasaanya ga jauh beda dengan simpanse yang baru pulang dari umroh[2]               

                Akhirnya gue melihat seorang wanita kantoran yang memang cantik sekali. Dari jauh dia berhenti dan berjalan bergegas segera setelah melihat gue.

                “kamu Dian ya” tanya wanita cantik itu

“iya” belum sempet gue menyadari serangan shock ini tiba-tiba wanita ini segera menanyakan pertanyaan lain

“kamu ngapain?”.

Gue mengfokuskan diri dan tersadar bahwa ini adalah Dila. “kamu Dila ya?”.

                “iya hii. Udah lama ya. Kamu ngapain?”

                “Yah kerja lah.” Jawab gue pas-pasan

                “lu sendiri ngapain?”  Tanya dia balik

                “ini gue tuh disuruh ngecheck kualitas bahan sama kantor. Hehehe”

                “ohh dari PT.Drowex ya?”

                Dari situ gue baru tahu bahwa dia setelah lulus SMA di Solo dia kembali lagi di jakarta mengambil jurusan tatabusana. Dan dia sekarang menjadi seorang desainer. dan Dila yang sekarang juga makin terlihat cantik dan dewasa mungkin karean di usianya sekarang dia juga sudah mulai berdandan.

                setelah pertemuan hari itu berlanjut ke pertemuan selanjutnya. Dari mulanya hanya membicarakan masalah pekerjaan jadi masalah pribadi dari hal besar sampe hal yang remeh. Dari kenapa dia putus dengan Benni sampai ngebahas enakan mana nastar rumah gue dan dia. sekarang hubungan kita rasanya kembali kepada masa SMP lagi. dekat lagi. dan perasaan yang dulu hilang juga kembali lagi.

                9 bulan telah berlalu. Kita menjalani hubungan yang cukup menyenangkan akan tetapi tiba-tiba kabar Dila kembali menghilang dia tidak bisa dihubungi bahkan. Ketika disamperi di rumahnya ibunya selalu bilang tidak ada.
                                                     
                                                        -------1 bulan berlalu telah berlalu.------

Sampai tiba-tiba ada yang sebuah line masuk.

“Hi Dian. Apa kabar?”

“Baik. kamu kemana aja selama ini?”

“Aku tidak kemana-mana kok.”

“Ga keman-mana tapi ngilang.”

“Aku ada yang pengen aku omongin ke kamu”

“Aku juga kata gue yang bersemangat 45”

Dia minta ditemukan di sebuah cafe bernama serabi teras. Yang tentu makanan utamanya adalah serabi. Tempat yang nyaman emang buat nongkrong anak-anak muda. Kali ini dia datang dan pada malam ini dia terlihat sangat cantik sekali.dia mengenakan kemeja bewarna biru dan dengan mengunakan celana skiny dan tas jinjing warna coklat rasanya dia malam ini berasa anggun sekali .

Akhirnya kita berbasa-basi terlebih dahulu seperti sedang sibuk apa. Dan hal-hal remeh lainnya. Seperti kenapa dan berlanjut

“kamu apa yang mau diomongin”kata gue

“kamu dulu aja. Katanya ada yang mau dibahas”

“yaudah”

Akhirnya dengan semangat dan mengumpulkan keberanian selama 1 bulan tidak ketemu akhirnya gue berani mengambil tindakan. Gue segera mengambil cincin. Dan berkata.

“mau ga menikah dengan gue?”

“lalu muka Dila tiba-tiba mengeluarkan air mata. Tapi air matta ini bukan air mata terharu akan tetapi air mata kesedihan,

“kenapa Dila?”

kali ini dia terdiam jauh lebih lama dia tidak berkata apa-apa. Hening kisaran 2 menit. Lalu dia mengeluarkan sebuah undangan.

Dila dan  roby.

20 September 2017

Justru karena teralu suka dengan kamu aku takut aku ditolak kamu. Aku pikir kamu emang ga pernah suka sama aku. Mungkin hubungan kita memang Cuma temen aja.

“Aku selalu berharap kamu bisa bilang suka sama aku. Tapi kenapa sekarang ketika aku udah ngeyakinin diri aku bahwa kamu bukan jodohku. Bahwa mungkin jodoh kamu adalah orang yang lebih baik daripada aku

Aku sudah ngeyakinin diri aku. Aku sudah nyiapin diri aku buat pertemuan ini dan ngeyakinin diri aku bahwa pilihan yang aku pilih itu bener. Tapi kenapa kamu baru sekarang”

Kali nada Dila menjadi tidak biasa naik ke oktaf yang lebih tinggi dari biasanya.

Kali ini gue juga terdiam.

Terdiam kembali melihat wajahnya yang menangis sedih. Beruntung kita berada di posisi ujung jadi tidak ada banyak orang yang melihat.

Setelah itu gue mengantar dia pulang. Mengantarnya sampai di dpean rumahnya. Berdiri dan berkata

“aku sangat mencintaimu Dila”

Dila pun menerima lalu segera mendorong. Dan menangis kembali.

“dia juga sangat mencintaiku Dian”

Dan dia segera masuk ke pintu rumahnya.
                                                                 ------------------

Setelah itu yang terjadi adalah seperti sekarang. Cuma ada seorang laki-laki yang duduk depan laptop dan menyesali kesempatan yang terlewat dua kali. Waktu memainkan drama paling kejam dia memberikan dan mengambil itu kembali. Moment dimana gue berjalan dengan bahagia dan mempunyai kesempatan darinya juga tidak ada lagi.

Yah ini adalah tulisan yang gue buat untuk menyampaikan bagaimana perasaan gue terhadap Dila. Entah apa dia akan membaca atau tidak akan tetapi gue harap dia akan membacanya karena ini adalah usaha gue terakhir. Yah bukan untuk membatalkan pernikahannya tapi  untuk bisa dekat di hatinya. Yah ini adalah tulisan yang kudedikasikan untuk mu.

Tulisan ini kupersembahkan darimu wahai cinta pertamaku walu bukan menjadi cinta yng terakhir.

Mardiyansyah. Teman SMP mu.

Semoga pernikahanmu bahagia.

Terima kasih.






[1] kalo di Film mungkin ini seperti bagian dimana ada orang mengeluarkan kata-kata tapi tidak bersuara dan tiba-tiba sudah adegan selanjutnya. Kenapa gue ingin seperti itu mungkin rasanya sakit saja menjelaskan detail bahwa kata itu pernah keluar dari mulut Dila
[2] FYI simpanse emang ga ada yang ke umroh kok lagi bingung cari analogi aja

3 komentar: